Regulasi Zakat di Aceh
Kewajiban
Zakat
Pasal
18
(1) Zakat
yang wajib di bayar terdiri atas zakat fitrah, zakat maal, dan zakat
penghasilan.
(2) Jenis
harta yang wajib di keluarkan zakat nya adalah:
a. Emas,
perak, logam mulia lainnya dan uang.
b. Perdagangan
dan perusahaan.
c. Perindustrian
d. Pertanian,
perkebunan, dan perikanan.
e. Perternakan
f. Pertambangan
g. Pendapatan
dan jasa
h. Rikas
(3) Jenis
harta lain yang wajib dikeluarkan zakatnya diluar yang dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan berdasarkan fatwa MPU Aceh.
Pasal
19
(1) Perhitungan
kadar, nishab dan waktu (haul) zakat mal ditetapkan sebagai berikut:
a. Emas,
perak, logam mulia dan uang yang telah mencapai nishab 94 gram emas yang
disimpan selama setahun, wajib zakatnya 2,5% pertahun.
b. Harta
perdagangan, perusahaan dan perindustrian yang telah mencapai nishab 94 gram
emas pertahun, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dari jumlah keuntungan.
c. Hasil
pertanian dan perkebunan yang telah mencapai nishab 5 wasaq (seukuran 6 gunca
padi = 1.200 Kg padi), wajib dikeluarkan zakat sebesar 5% untuk setiap panen
yang diolah secara intensif dan 10% untuk setiap panen yang diolah secara
tradisional.
d. Hewan
ternak kambing atau sejenisnya yang telah mencapai nishab 40 ekor, wajib
dikeluarkan zakatnya sebanyak satu ekor pertahun.
e. Hewan
ternak sapi, kerbau atau sejenisnya yang telah mencapai nishab 30 ekor wajib
dikeluarkan zakatnya sebanyak satu ekor pertahun
f. Barang
tambang yang hasilnya mencapai nishab senilai 94 gram emas, wajib dikeluarkan
zakatnya sebesar 2,5 % untuk setiap produksi/temuan.
g. Pendapatan
dan jasa yang telah mencapai nishab senilai 94 gram emas setahun, wajib
dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%
h. Rikaz
yang telah mencapai nishab senilai 94 gram emas, wajib dikeluarkan zakatnya
sebesar 20% untuk setiap temuan.
(2) Jumlah
nishab dan kadar harta lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (3)
ditetapkan oleh MPU Aceh.
(3) Pembayaran
zakat pendapatan/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dapat dicicil
setiap bulan pada saat menerima pendapatan/jasa, apabila jumlah pendapatan/jasa
yang diterima setiap bulan telah mencapai 1/12 dari 94 gram emas atau
dibulatkan menjadi 7,84 gram emas.
Pasal
20
(1) Pengumpulan
zakat dilakukan oleh Baitul Mal dengan cara menerima atau mengambil dari
muzakki berdasarkan pemberitahuan muzakki.
(2) Baitul
Mal dapat bekerjasama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzakki yang
ada di bank berdasarkan permintaan muzakki.
Muzakki
Pasal
21
(1) Setiap
orang yang beragama islam atau badan yang di miliki oleh orang islam dan
berdomisili dan atau melakukan kegiatan usaha di Aceh yang memenuhi syarat
sebagai muzakki menunaikan zakat melalui Baitul Mal setempat.
(2) Setiap
orang atau badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak memenuhi syarat
sebagai muzakki, dapat membayar infaq kepada Baitul Mal sesuai dengan ketentuan
syariat.
Pasal
22
(1) Muzakki
dapat melakukan perhitngan sendiri terhadap hartanya dan kewajiban zakatnya
berdasarkan ketentuan syariat.
(2) Dalam
hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), muzakki dapat meminta Baitul Mal untuk menghitungnya.
Pasal
23
(1) Zakat
selain zakat fitrah, yang dibayarkan kepada Baitul Mal menjadi faktor pengurang
terhadap jumlah pajak penghasilan terhutang dari wajib pajak.
(2) Pembayaran
zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempergunakan Bukti pembayaran
Zakat (BPZ) yang di keluarkan Baitul Mal Aceh atau Baitul Mal Kabupaten/Kotaa.
(3) Bukti
pembayaran zakat (BPZ) yang dapat diakui sebagai bukti pengurang jumlah pajak
penghasilan terhutang dari wajib pajak, sekurang-kurangnya harus memuat:
a. Nama
lengkap wajib zakat/ wajib pajak
b. Alamat
jelas wajib zakat/wajib pajak
c. Nomor
pokok wajib zakat (NPWP)
d. Nomor
pokok wajib zakat (NPWZ)
e. Jenis
penghasilan yang di bayar zakatnya
f. Sumber/jenis
penghasilan dan bulan/tahun perolehannya.
g. Besarnya
penghasilan
h. Besarnya
zakat atas penghasilan
(4) Pemberian
dan pengaturan Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) ditetapkan oleh Kepala Baitul Mal
Aceh atau Baitul Mal kabupaten/kota.
Pengelolaan
Zakat Provinsi
Pasal
24
(1) Pembayaran
zakat pendapatan/jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf g
dilakukan melalui tempat muzakki bekerja.
(2) Semua
penerima zakat yang dikelola Baitul Mal Aceh merupakan sumber PAD aceh yang
harus disetor ke kas umum daerah aceh.
(3) PAD
Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disimpan dalam rekening tersendiri
bendaharawan umum daerah (BUD) Aceh yang ditunjuk Gubernur.
(4) Pengumpul
dana hasil zakat disampaikan pada rekening tersendiri sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) hanya dapat dicairkan untuk kepentingan program dan kegiatan yang
diajukan oleh Kepala Baitul Mal Aceh sesuai dengan asnaf masing-masing.
(5) Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran zakat oleh muzakki dan pencairan
dana zakat oleh Baittul Mal Aceh dari bendaharawan umum daerah (BUD) diatur
dengan peraturan Gubernur.
Pengelolaan
Zakat Kabupaten/Kota
Pasal
25
(1) Pembayaran
zakat pendapatan/jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf g
di;lakukan melalui tempat muzakki bekerja.
(2) Semua
penerimaan zakat yang dikelola Baitul Mal Kabupaten/Kota merupakan sumber PAD Kabupaten/Kota
yang harus disetor ke Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota.
(3) PAD
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disimpan dalam rekening
tersendiri bendaharawan umum daerah (BUD) Kabupaten/Kota yang ditunjuk
Bupati/Walikota.
(4) Pengumpul
dana hasil zakat disampaikan pada rekening tersendiri sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) hanya dapat dicairkan untuk kepentingan program dan kegiatan yang
diajukan oleh Kepala Baitul Mal Kabupaten/Kota sesuai dengan asnaf
masing-masing.
(5) Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran zakat oleh muzakki dan pencairan dana zakat oleh Baitul
Mal Kabupaten/Kota dari Bendaharawan Umum Daerah (BUD) diatur dengan peraturan
Bupati/Walikota.
Pengelolaan
Zakat Gampong atau nama lain
Pasal
26
(1) Penerimaan
Zakat fitrah diurus oleh Baitul Mal Gampong atau nama lain untuk disalurkan
kepada mustahik di lingkungan gampong atau nama lain tersebut sesuai dengan
ketentuan syariah.
(2) Zakat
fitrah di gampong atau nama lain yang tidak habis dibagi karena terbatas jumlah
mustahik dapat dibagi kepada mustahik gampong atau nama lain terdekat.
Pasal
27
(1) Zakat
Mal yang diurus oleh Baitul Mal Gampong atau nama lain disalurkan kepada
mustahik sesuai dengan ketentuan syariat.
(2) Pembina
Kecamatan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan operasional
Baitul Mal kemukiman dan gampong atau nama lainnya.
Pasal
28
Tata cara pengelolaan
Zakat oleh Baitul Mal Gampong atau nama lain diatur dengan peraturan
Bupati/Walikota.
Pendayagunaan
Zakat
Pasal
29
(1) Zakat
didayagunakan untuk mustahik baik yang bersifat produktif maupun konsumtif
berdasarkan ketentuan syariat.
(2) Mustahik
zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Adanya
suatu jenis usaha produktif yang layak.
b. Bersedia
menerima petugas pendamping yang berfungsi sebagai pembimbing/ penyuluh
c. Bersedia
menyampaikan laporan usaha secara periodik setiap 6 (enam) bulan.
(3) Tata
cara pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Kepala Baitul Mal Aceh.