Kamis, 19 Mei 2016

Regulasi Zakat di Aceh

Regulasi Zakat di Aceh
Kewajiban Zakat
Pasal 18
(1)   Zakat yang wajib di bayar terdiri atas zakat fitrah, zakat maal, dan zakat penghasilan.
(2)   Jenis harta yang wajib di keluarkan zakat nya adalah:
a.       Emas, perak, logam mulia lainnya dan uang.
b.      Perdagangan dan perusahaan.
c.       Perindustrian
d.      Pertanian, perkebunan, dan perikanan.
e.       Perternakan
f.       Pertambangan
g.      Pendapatan dan jasa
h.      Rikas
(3)   Jenis harta lain yang wajib dikeluarkan zakatnya diluar yang dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan fatwa MPU Aceh.

Pasal 19
(1)   Perhitungan kadar, nishab dan waktu (haul) zakat mal ditetapkan sebagai berikut:
a.       Emas, perak, logam mulia dan uang yang telah mencapai nishab 94 gram emas yang disimpan selama setahun, wajib zakatnya 2,5% pertahun.
b.      Harta perdagangan, perusahaan dan perindustrian yang telah mencapai nishab 94 gram emas pertahun, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dari jumlah keuntungan.
c.       Hasil pertanian dan perkebunan yang telah mencapai nishab 5 wasaq (seukuran 6 gunca padi = 1.200 Kg padi), wajib dikeluarkan zakat sebesar 5% untuk setiap panen yang diolah secara intensif dan 10% untuk setiap panen yang diolah secara tradisional.
d.      Hewan ternak kambing atau sejenisnya yang telah mencapai nishab 40 ekor, wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak satu ekor pertahun.
e.       Hewan ternak sapi, kerbau atau sejenisnya yang telah mencapai nishab 30 ekor wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak satu ekor pertahun
f.       Barang tambang yang hasilnya mencapai nishab senilai 94 gram emas, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 % untuk setiap produksi/temuan.
g.      Pendapatan dan jasa yang telah mencapai nishab senilai 94 gram emas setahun, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%
h.      Rikaz yang telah mencapai nishab senilai 94 gram emas, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 20% untuk setiap temuan.
(2)   Jumlah nishab dan kadar harta lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (3) ditetapkan oleh MPU Aceh.
(3)   Pembayaran zakat pendapatan/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dapat dicicil setiap bulan pada saat menerima pendapatan/jasa, apabila jumlah pendapatan/jasa yang diterima setiap bulan telah mencapai 1/12 dari 94 gram emas atau dibulatkan menjadi 7,84 gram emas.
Pasal 20
(1)   Pengumpulan zakat dilakukan oleh Baitul Mal dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki berdasarkan pemberitahuan muzakki.
(2)   Baitul Mal dapat bekerjasama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzakki yang ada di bank berdasarkan permintaan muzakki.
Muzakki
Pasal 21
(1)   Setiap orang yang beragama islam atau badan yang di miliki oleh orang islam dan berdomisili dan atau melakukan kegiatan usaha di Aceh yang memenuhi syarat sebagai muzakki menunaikan zakat melalui Baitul Mal setempat.
(2)   Setiap orang atau badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak memenuhi syarat sebagai muzakki, dapat membayar infaq kepada Baitul Mal sesuai dengan ketentuan syariat.
Pasal 22
(1)   Muzakki dapat melakukan perhitngan sendiri terhadap hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan ketentuan syariat.
(2)   Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), muzakki dapat meminta Baitul Mal untuk menghitungnya.
Pasal 23
(1)   Zakat selain zakat fitrah, yang dibayarkan kepada Baitul Mal menjadi faktor pengurang terhadap jumlah pajak penghasilan terhutang dari wajib pajak.
(2)   Pembayaran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempergunakan Bukti pembayaran Zakat (BPZ) yang di keluarkan Baitul Mal Aceh atau Baitul Mal Kabupaten/Kotaa.
(3)   Bukti pembayaran zakat (BPZ) yang dapat diakui sebagai bukti pengurang jumlah pajak penghasilan terhutang dari wajib pajak, sekurang-kurangnya harus memuat:
a.       Nama lengkap wajib zakat/ wajib pajak
b.      Alamat jelas wajib zakat/wajib pajak
c.       Nomor pokok wajib zakat (NPWP)
d.      Nomor pokok wajib zakat (NPWZ)
e.       Jenis penghasilan yang di bayar zakatnya
f.       Sumber/jenis penghasilan dan bulan/tahun perolehannya.
g.      Besarnya penghasilan
h.      Besarnya zakat atas penghasilan
(4)   Pemberian dan pengaturan Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) ditetapkan oleh Kepala Baitul Mal Aceh atau Baitul Mal kabupaten/kota.
Pengelolaan Zakat Provinsi
Pasal 24
(1)   Pembayaran zakat pendapatan/jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf g dilakukan melalui tempat muzakki bekerja.
(2)   Semua penerima zakat yang dikelola Baitul Mal Aceh merupakan sumber PAD aceh yang harus disetor ke kas umum daerah aceh.
(3)   PAD Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disimpan dalam rekening tersendiri bendaharawan umum daerah (BUD) Aceh yang ditunjuk Gubernur.
(4)   Pengumpul dana hasil zakat disampaikan pada rekening tersendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dicairkan untuk kepentingan program dan kegiatan yang diajukan oleh Kepala Baitul Mal Aceh sesuai dengan asnaf masing-masing.
(5)   Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran zakat oleh muzakki dan pencairan dana zakat oleh Baittul Mal Aceh dari bendaharawan umum daerah (BUD) diatur dengan peraturan Gubernur.
Pengelolaan Zakat Kabupaten/Kota
Pasal 25
(1)   Pembayaran zakat pendapatan/jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf g di;lakukan melalui tempat muzakki bekerja.
(2)   Semua penerimaan zakat yang dikelola Baitul Mal Kabupaten/Kota merupakan sumber PAD Kabupaten/Kota yang harus disetor ke Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota.
(3)   PAD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disimpan dalam rekening tersendiri bendaharawan umum daerah (BUD) Kabupaten/Kota yang ditunjuk Bupati/Walikota.
(4)   Pengumpul dana hasil zakat disampaikan pada rekening tersendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dicairkan untuk kepentingan program dan kegiatan yang diajukan oleh Kepala Baitul Mal Kabupaten/Kota sesuai dengan asnaf masing-masing.
(5)   Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran zakat oleh  muzakki dan pencairan dana zakat oleh Baitul Mal Kabupaten/Kota dari Bendaharawan Umum Daerah (BUD) diatur dengan peraturan Bupati/Walikota.
Pengelolaan Zakat Gampong atau nama lain
Pasal 26
(1)   Penerimaan Zakat fitrah diurus oleh Baitul Mal Gampong atau nama lain untuk disalurkan kepada mustahik di lingkungan gampong atau nama lain tersebut sesuai dengan ketentuan syariah.
(2)   Zakat fitrah di gampong atau nama lain yang tidak habis dibagi karena terbatas jumlah mustahik dapat dibagi kepada mustahik gampong atau nama lain terdekat.
Pasal 27
(1)   Zakat Mal yang diurus oleh Baitul Mal Gampong atau nama lain disalurkan kepada mustahik sesuai dengan ketentuan syariat.
(2)   Pembina Kecamatan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan operasional Baitul Mal kemukiman dan gampong atau nama lainnya.
Pasal 28
Tata cara pengelolaan Zakat oleh Baitul Mal Gampong atau nama lain diatur dengan peraturan Bupati/Walikota.
Pendayagunaan Zakat
Pasal 29
(1)   Zakat didayagunakan untuk mustahik baik yang bersifat produktif maupun konsumtif berdasarkan ketentuan syariat.
(2)   Mustahik zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.       Adanya suatu jenis usaha produktif yang layak.
b.      Bersedia menerima petugas pendamping yang berfungsi sebagai pembimbing/ penyuluh
c.       Bersedia menyampaikan laporan usaha secara periodik setiap 6 (enam) bulan.
(3)   Tata cara pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Baitul Mal Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar