Dokumentasi
Manajemen Strategis Tony Fernandes (Air Asia)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
: Desyana Sari
(431307344)

Jurusan
Manajemen Dakwah
Fakultas
Dakwah dan Komunikasi
Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry
2014-2015
Dokumentasi
Manajemen Strategis Tony Fernandes (Air Asia)
1. Profil Tony
Fernandes
Dato'
Anthony Francis Fernandes (lahir
30 April
1964) (nama pendeknya: Tony Fernandes) ialah pendiri
"Tune Air Sdn Bhd", dan pengusaha
yang memperkenalkan penerbangan bertarif murah kepada penduduk
Malaysia
dengan slogannya,
"Semua mampu naik pesawat". Fernandes menjadi terkenal sewaktu ia
memulihkan AirAsia
dari sebuah maskapai penerbangan yang sakit ke sebuah perusahaan umum yang
sukses.
Fernandes
juga dikenal untuk peranannya dalam pencapaian persetujuan
langit terbuka dengan negara Thailand,
Indonesia,
dan Singapura,
saat ia meminta bekas Perdana Menteri Malaysia, Tun dr. Mahathir Mohamad berbuat demikian
pada pertengahan tahun 2003.
Atas permintaan tersebut, negara-negara itu telah setuju memberi hak pendaratan
kepada AirAsia dan maskapai penerbangan tarif rendah yang lain.
Melalui Datuk
Pahamin A. Rajah, bekas sekretaris tinggi Kementerian
Perdagangan dan Urusan Konsumen Domestik Malaysia, Fernandes mendapat
peluang bertemu dengan dr. Mahathir pada bulan Oktober 2001. Saat itu, AirAsia,
sebuah anak perusahaan yang didirikan oleh DRB-Hicom, sebuah konglomerat
pemerintah Malaysia, telah mengalami kesulitan akibat tanggungan utang yang terlalu tinggi.
Pemerintah telah mencoba menjualnya kepada para investor tanpa keberhasilan
apapun.
Oleh sebab itu, Dr. Mahathir telah menasihati
Fernandes supaya membeli maskapai penerbangannya yang sudah ada daripada
mendirikan sendiri. Seterusnya, Fernandes memajak rumah dan
menggunakan keseluruhan uang simpanannya untuk
membeli perusahaan tersebut dengan harga 1 ringgit. Maskapai AirAsia pada masa
itu mempunyai dua buah kapal terbang Boeing yang
berumur, dan utang sebanyak RM40 juta.
Peristiwa
pembelian itu pada masa setelah serangan 11 September 2001 di Amerika
Serikat, suatu tempoh masa yang paling buruk dalam sejarah penerbangan komersial, menyebabkan orang
banyak berpendapat bahwa Fernandes telah menjadi "gila" kerana tidak
banyak orang pada saat itu yang berani lagi naik pesawat. Mereka juga
meramalkan bahwa perusahan AirAsia akan pailit. Bagaimanapun, setelah setahun,
AirAsia mampu menjelaskan keseluruhan utangnya, dan tidak lagi mengalami
kerugian. Penyusunan kembali organisasi AirAsia dengan gambaran dan konsep yang baru
membawa perubahan yang besar dan memperoleh keuntungan dalam masa yang singkat.
Tawaran sahamnya (IPO)
pada bulan November 2004
menerima kelebihan permintaan sebanyak 130%.
Fernandes
merasa bahawa masa yang dipilihnya untuk membeli maskapai AirAsia tepat.
Semenjak peristiwa 9/11,
sewa pesawat telah menurun 40%. Tambahan
lagi, banyak pekerja berpengalaman didapati pada masa itu, disebabkan pemutusan
hubungan kerja di industri penerbangan. Fernandes juga percaya bahwa
penumpang Malaysia akan menyambut tarif penerbangan rendah agar mengurangkan
masa dan tarif, terutamanya, dalam keadaan ekonomi
yang ketat.
Oleh sebab
itu, dia meniru sistem Ryanair (Ryanair yang juga meniru sistemnya itu dari Southwest Airlines di Amerika
Serikat), sebuah maskapai penerbangan Irlandia
yang paling jaya di dunia. Ferdandes menghitung bahwa 50% pelanggan pesawat
bertarif rendah adalah penumpang kapal terbang kali pertama. Sebelum AirAsia
memulai pengangkutan tarif rendah, Ferdandes memperkirakan hanya 6% penduduk
Malaysia yang pernah menaiki pesawat.
Pencapaian
Fernandes yang terbesar ialah pemulihan maskapai AirAsia sebagai sebuah
maskapai penerbangan internasional. Sebelum dia memasuki perindustrian ini,
negara-negara di Wilayah Asia Tenggara Selatan tidak mempunyai persetujuan
langit terbuka apapun. Pada pertengahan tahun 2003, Fernandes telah meminta dr.
Mahathir untuk mengemukakan cadangan persetujuan itu kepada Thailand, Indonesia
dan Singapura. Atas permintaanya, ia memperoleh keberhasilan dalam mendapat hak
pendaratan, bukan saja untuk AirAsia, tetapi juga untuk berbagai maskapai
penerbangan tarif murah yang lain.
Ferdandes
juga berhasil merevolusikan perindustrian penerbangan lainnya melalui
penerbangan tarif rendah. Sekarang, terdapat beberapa maskapai penerbangan
tarif rendah di wilayah ini, yaitu:
- Tiger Airways, sebuah maskapai penerbangan Singapura yang dimiliki oleh Singapore Airlines;
- Penggabungan perusahaan Valuair dari Singapura, dengan JetStar yang dimiliki oleh Qantas Airways dari Australia;
- Nok Air, sebuah maskapai Thailand; dan
- Lion Air, sebuah maskapai Indonesia.
Fernandes telah menerima banyak
penghargaan, termasuk:
- Visionaries & Leadership Series oleh International Herald Tribune, sebuah perusahaan surat kabar di Amerika Syarikat, untuk kerjanya yang cemerlang di maskapai AirAsia;
- "Ketua CEO Malaysia Tahun 2003" (Malaysian CEO of the Year 2003) pada Desember 2003 — sejenis penghargaan tertinggi yang hingga kin hanya diberikan kepada 9 pengusaha Malaysia oleh American Express dan Business Times. Anugerah ini diberikan kepada Fernandes untuk pengakuan atas prestasi pengusahaan dan kemahiran pengurusannya di kalangan pemimpin-pemimpin berbagai perusahaan di Malaysia;
- "Pengusaha Baru Malaysia Terutama Tahun 2003" (Emerging Entrepreneur of the Year - Malaysia 2003) pada tahun 2004;
- "25 Bintang Asia" (25 Stars of Asia) oleh Business Week pada tahun 2005.
2. Strategi perusahaan Air Asia
Sekilas
mengenai Air Asia, pada awalnya maskapai penerbangan ini dimiliki oleh
Pemerintah Malaysia dibawah nama DRB-HICOM. Namun karena manajemen dan kegiatan
operasional yang tidak efisien maka maskapai tersebut mengalami kerugian yang
sangat besar, sehingga mengalami kebangkrutan. Keinginan Pemerintah Malaysia
untuk menutup kegiatan operasional Air Asia, disambut oleh seorang eksekutif
ternama dari perusahaan Time Warner, yaitu Datuk Tony Fernandes, melihat hal
tersebut ia jadikan suatu peluang untuk menghidupkan dan memperbaiki kembali
manajemen Air Asia. Lalu dia membeli saham Air Asia dari Pemerintah Malaysia
pada 2 Desember 2001. Sesuai namanya, saham maskapai ini tidak hanya dimiliki
oleh Malaysia saja, namun dimiliki juga oleh Singapura, Thailan, dan Indonesia.
Baragamnya
perusahaan penerbangan di Asia, khususnya di Indonesia, membuat maskapai Air
Asia ini harus melihat pangsa pasar atau market share mereka.
Sebelumnya apa itu market share? Pangsa pasar (market share)
dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau
prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para pesaing
terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu (William J.S, 1984). Terkait
dengan market share, melihat contoh Air Asia ini kita juga harus
melihat besarnya pangsa pasar atau market share, menurut Charles W.
Lamb, besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan
selera konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk
yang lain.
Jika
dihubungkan dengan selera konsumen terdapat empat karakteristik yang
mempengaruhi pengguna dalam melakukan pembelian yaitu faktor budaya, faktor
sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis. Proses keputusan membeli seorang
pengguna melewati lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan tingkah laku pasca pembelian
(Kotler, 1993).
Dilihat dari
segi harga (price) memang maskapai penerbangan Air Asia sampai saat
ini belum memiliki pesaing dalam hal penawaran harga tiket yang murah. Air
Asia, jika dilihat dari segi strategi penentuan harganya sebagai produk baru,
Air Asia telah melakukan penetration price yang cukup baik dan menarik
perhatian dimana strategi harga penetrasi menentukan harga awal yang rendah
serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat
dan juga membangun loyalitas merek dari pada konsumen.
Dilihat dari
segi strategi penentuan harga yang mempengaruhi psikologis konsumen, Air Asia
telah melakukan leader pricing dimana strategi harga yang ditetapkan
lebih rendah daripada harga pasar/harga normal untuk meningkatkan omset
penjualan/pembeli.
Selain itu
untuk menjaga konsumennya Air Asia juga menerapkan strategi harga diskon pada
penjualannya yaitu dengan memberikan potongan harga dari harga yang sudah
ditetapkan demi meningkatkan penjualan suatu produk barang atau jasa. Diskon
dapat diberikan pada umum dalam bentuk diskon kuantitas, diskon pembayaran
tunai, trade discount.
Maskapai
penerbangan AirAsia X sedang mengalami masa-masa sulit dan mengalami kerugian
selama empat kuartal berturut-turut. Chief Executive Officer AirAsia X Azran
Osman-Rani mengungkapkan bahwa permasalahan keuangan yang melanda AirAsia X
disebabkan oleh ekspansinya yang begitu cepat dan kompetisi yang sangat sengit
dengan maskapai penerbangan lain.
Dia
mengatakan, kenaikan biaya operasional dan persaingan yang sangat ketat merupakan
masalah serius bagi maskapai penerbangan ini. Oleh karena itu, pendiri
sekaligus Chief Executive Officer AirAsia Group Tony Fernandes menyusun rencana
baru dan akan mengontrol secara langsung manajemen AirAsia X.
Berbicara
kepada Malaysian Reserve, Azran mengakui bahwa AirAsia X sedang dalam
masalah sulit, tapi itu tidak berada dalam bahaya penutupan operasional
perusahaan. “Kami berada dalam posisi sulit. Tidak ada jalan lain, tapi kami
akan memperbaikinya. Tony datang dengan strategi baru untuk maskapai
penerbangan ini. Kami tidak memangkas tenaga kerja maupun gaji,” tuturnya.
Masalah di
AirAsia X sudah cukup bagi Tony Fernandes untuk mengadakan pertemuan dengan
para karyawan. Salah seorang pejabat mengatakan bahwa pendiri AirAsia itu tidak
meluap-luap seperti biasanya. “Dia benar-benar memotivasi karyawan dengan
menyalahkan dirinya sendiri karena beberapa keputusan penting maskapai
penerbangan yang dibuat sebelum ini, termasuk (kesalahan) mengoperasikan
pesawat Airbus A340,” kata pejabat itu.
“Fernandes
juga memastikan karyawan menjadi prioritas utama AirAsia dengan membayar gaji
2.000 karyawan AirAsia X secara tepat waktu. Dia mengatakan membayar gaji
secara tepat waktu adalah sesuatu yang tidak bisa dikompromi,” ujar pejabat itu
lebih lanjut.
Visi:
Menjadi maskapai penerbangan berbiaya hemat di Asia dan melayani 3 juta
orang yang sekarang dilayani dengan konektivitas yang kurang baik dan tarif
yang mahal.
Misi:
- Menjadi perusahaan terbaik untuk bekerja, di mana para karyawan dianggap sebagai anggota keluarga besar
- Menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global
- Mencapai tarif terhemat sehingga semua orang bisa terbang dengan AirAsia
- Mempertahankan produk berkualitas tinggi, menggunakan teknologi untuk mengurangi pembiayaan dan meningkatkan kualitas layanan
3. Penerapan dan Keputusan
Strategi Air Asia
Ada pelajaran menarik bagi manajemen perusahaan dari ribut-ribut terakhir
menyangkut Maskapai Penerbangan Lion Air. Yanuar Rizky membandingkan gaya kerja
Tony Fernandes (AirAsia) dan Rusdi Kirana (Lion Air).
Dari sisi segmentasi strategi bisnis AirAsia dan Lion
Air sama, yaitu penerbangan komersial yang menjadikan harga tiket sebagai
variable kompetitifnya dalam memenangkan pangsa pasar.
Segmentasi strategi dengan
"harga" sebagai variabel kompetitif (competitive advantage) sering
kali dihantam dari sisi persaingan daya bandingnya (comparative advantage).
Misalnya, Menteri Perhubungan
Ignatius Jonan ketika kecelakaan AirAsia, respon pertamanya adalah karena
faktor keamanan, yang merupakan biaya yang harus ditanggung sebagai resiko
penurunan harga. Sehingga, respon deregulasinya adalah mengubah batas bawah
harga penerbangan.
Kita lupakan dulu soal "pricing
deregulation" itu. Karena itu sifatnya lingkungan eksternal, regulator,
yang harus dihadapi oleh perusahaan penerbangan. Kita coba meraba sisi
internal, yaitu energi strategis yang dapat dikendalikan dari insiatif
perusahaan itu sendiri.
Kalau dilihat dalam kondisi krisis,
disaat model pemberitaan dan media sosial begitu demokratis dan berisiknya,
maka manajemen krisis dalam bentuk sinyal ke pasar menjadi penting, sebagai
variabel yang bisa mencegah pemburukan reputasi perusahaan dalam jangka pendek,
menengah dan panjang (daya banding di industri, comparative advantage).
Kalau kita pakai analisa daya
banding sebagai acuan, maka Tony Fernandes begitu responsive saat AirAsia
mengalami krisis. Dia aktif di Twitter menunjukkan simpati, dan manajemen
puncak juga langsung hadir. Ini baik bagi mental bawahannya maupun korban,
serta tentu saja sinyal bagi pelanggan potensialnya untuk tetap percaya pada
reputasi manajemennya.
Kita melihat, ketika pesawat AirAsia
QZ8501 hilang, Tony Fernandes datang ke bandara, menghadapi "head to
head" ketika Menteri Perhubungan Jonan marah-marah. Menjaga soliditas
karyawannya untuk hadir disaat krisis, bukan terus malah semua takut menghadapi
"cerewet" dan marahnya otoritas dan konsumen.
Di titik kontras inilah kita
belajar, menghadapi krisis dengan tidak menghindarinya adalah sebuah
#chairmanLearning, pelajaran bagi manajemen dan pemimpin perusahaan. Ini tidak
terjadi di Lion Air pada kasus aktual. Bisa kita lihat, situasinya tambah
kacau, bahkan ground crew pun banyak yang tidak tahan menghadapi massa.
Disisi lain, resiko pebisnis yang
juga masuk politik sebenarnya juga harus dihitung cermat. Posisi Rusdi Kirana
sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) menambah variabel
reputasi makin melebar kearah politik. Bahkan, ukuran konsistensi "galak"
pun menjalar ke penilaian publik terhadap Menteri Perhubungan Jonan. Inilah
konsekuensi pemimpin perusahaan yang juga berpolitik.
Berikut ini adalah strategi air asia dalam
menekan biaya sehingga harga tiket Air Asiadapat dibuat serendah mungkin.
a) AirAsia
meniadakan makanan dan minuman di dalam pesawat. Penumpang yang membutuhkan
makanan dan minuman tetap dapat memesannya di dalam pesawat.
b) Rute
perjalanan Air Asia pada umumnya butuh waktu antara 3 – 3,5 jam. Hal ini
membuat Air Asia dapat menggunakan awak kabin yang sama untuk penerbangan balik
dari tujuan kedatangan kembali ke tujuan pemberangkatan sambil membawa
penumpang baru dengan demikian biaya gaji awak kabin dapat dikurangi.
c) Tidak
ada biaya yang diperlukan untuk akomodasi awak kabin di tujuan kedatangan
karena mereka kembali ke rumah pada hari yang sama, setelah 8-10 jam. Waktu
tersebut sama dengan waktu normal orang kantoran biasa bekerja.
d) Pelanggan
didorong untuk membeli tiket lewat internet sehingga Air Asia dapat menghemat
biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa tempat penjualan tiket beserta
stafnya. Penghematan lainnya adalah tidak ada tiket yang dicetak. Pelanggan
cukup mencetak sendiri kode penerbangan beserta rinciannya.
e) Air
Asia mencari landasan udara termurah. Sebagai contoh Air Asia lebih memilih
landasan udara Macau yang lebih murah dibandingkan Hongkong. Dari Macau
penumpang dapat menaiki hovercraft ke Hongkong. Jika dalam sebuah negara tidak
terdapat pilihan landasan udara murah, maka Air Asia memilih untuk tidak
menggunakan semua fasilitas dalam bandara tersebut semisal jembatan layang yang
menghubungkan ruang tunggu dengan pesawat. Penumpang dapat berjalan kaki
langsung menuju pesawat.
f) AirAsia
hanya menggunakan 1 jenis pesawat sajayaitu Air Bus 320. Hal ini dapat
menghemat biaya pelatihan awak kabin karena mereka hanya perlu mempelajari 1
jenis pesawat saja.
g) Dalamsalah
satu promosinya Air Asia pernah menawarkan harga tiket yang sangatrendah.
h) Air
Asia adalah salah satu maskapai penerbangan low cost premier di Asia dan telah
memperoleh ratusan milyar setiap tahunnya. Dalam kalkulasi sederhana,harga
tiket di atas seperti tidak masuk akal. Air Asia tidak hanya sekali menerapkan
harga tiket seperti ini tetapi secara reguler menerapkannya. Harga tiket
tersebut bahkan jauh lebih murah dibandingkan dengan harga tiket bus ataupun
kapal laut. Air Asia tahu bahwa tidak semua kursi dalam penerbangan akan terisi
oleh karena itu daripada kursi tersebut tidak terisi maka lebih baik ditawarkan
kepada pelanggan dengan harga yang super murah. Air Asia akan mendapatkan
manfaat dari publisitas yang beredar. Tentu saja tempat duduk yang disediakan
untuk tarif tersebut terbatas dan penumpang harus memesan sebelumnya.
i)
AirAsia melakukan hedging terhadap biaya bahan bakar.
Bahan bakar menghabiskan 60 persen dari total biaya operasional AirAsia.
Maskapai udara tersebut membayar bahan bakar di depan untuk menjaga harga
terendah, sehingga bisa meminimalkan resiko fluktuasi harga bahan bakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar