Kamis, 19 Mei 2016

METODE ILMIAH DAN METODE NON ILMIAH MAKALAH DIPRESENTASIKAN DALAM MATA KULIAH FILSAFAT ILMU


METODE ILMIAH DAN METODE NON ILMIAH
MAKALAH DIPRESENTASIKAN DALAM MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Oleh :
Desyana Sari
Silvia Devitri Ejuliarti
Safrianti
Nurhida
Juwita Zahara
MANAJEMEN DAKWAH UNIT 13
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2014-2015


METODE ILMIAH DAN METODE NON ILMIAH
A. Pendahuluan
            Berbicara tentang ilmiah tidak bisa bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Disamping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Disinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya.
            Penegasan diatas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama, pada dimensi, fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem (Wibisono, 1982). Tampaknya anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian dipergunakan orang untuk menolak atau menerima suatu produk pemikiran manusia.
B. Pengertian
            Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peratuan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: Apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia.
            Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.[1]Metode ilmiah adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis dan menggunakan cara berfikir yang logis.[2]
C. Langkah-langkah metode ilmiah
1. perumusan masalah.
Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor emperis yang relevan dengan permasalahannya.
3. perumusan hipotesis
Perumusan sementara merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4. pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5 penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan adalah penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima dan sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.  Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsosten dengan pengetahuan ilmiah sebelum serta teruji kebenarannya.[3] 
D. Macam-macam metode
1. metode induksi-deduksi
Metode induksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Sedangka metode deduksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
2. metode analisis-sintesis
Metode analisis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek yang diteliti; atau cara penenganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-memilah antara pengertian yang satu dengan pengertian-pengertian yang lain, untuk sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya. Sedangkan metode sintesis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan.
3. metode kualitatif-kuantitatif
Metode kualitatif menurut Lexy J. Moleong, antara lain mendasarkan pada :
·         Pondasi penelitian
·         Paradigma penelitian
·         Perumusan masalah
·         Tahap-tahap penelitian
·         Teknik penelitian
·         Kriteria dan teknik pemeriksaan data
·         Analisis dan penafsiran data
Sedangkan dalam metode kuantitatif dalam kegiatan penelitian kuantitatif, secara praktis istilah observasi diasosikan dengan istilah “pengukuran”. Adapun tingkat pengukuran yaitu dengan menentukan formula statistik dan kuesioner; bila hal ini ingin diterapkan dalam penelitian filsafat model penelitian lapangan, seharusnya peneliti mempunyai kemahiran dalam bidang statistik.
4. metode hermeneutik
Hermeneutik sebagai suatu metode diartikan sebagai cara menafsirkan simbol yang berupa teks atau benda kongkret untuk dicari arti dan maknanya. Metode hermeneutik ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak dialami, kemudian dibawa ke masa sekarang. Semula hermeneutik digunakan untuk menafsirkan kitab suci keagamaan yang kemudian dikembangkan dalam ilmu-ilmu humaniora dan termasuk di dalamnya ilmu filsafat.
5. metode penelitian ilmiah lainnya.
Metode penelitian ilmiah pada hakikatnya adalah untuk mencari, memperoleh,menemukan kebenaran ilmu pengetahuan baru. Dalam hal ini ada beberapa macam teori untuk mencapai kebenaran pengetahuan. Kebenaran pengetahuan yang adanya pada obyek masing-masing, juga ada hal-hal yang mempengaruhi penggunaan metode, yaitu teori kemampuan manusia untuk mencapai pengetahuan.[4]
E. Sarana Ilmiah
1. Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi, dan apakah manusia layak disebut dengan makhluk sosial? Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikit secara sistematis dan teratur. Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates ( bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.
Senada dengan definisi di atas, Joseph Broam mengatakan bahwa a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means of wich members of social grup interact (bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
2. Matematika
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa.
Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Philosophy modern juga tidak akan tepat bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Banyak sekali ilmu-ilmu sosial sudah mempergunakan matematika sebagai sosiometri, psychometri, oconometri, dan seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Dengan demikian, penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif.
3. Statistik
Pada mulanya, kata statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara.
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa inggris), yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data),  baik yang berwujud angka (data kuantitatif)  maupun yang tidak berwujud angka (data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara”. Namun pada perkembangsn selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.
4 logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
Tidak hanya de facto, menurut kenyataanya kita sering berpikir, secara de jure. Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu banyak jenis dan macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Pikiran diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukumtertentu.
Memang sebagai perlengkapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik, lebih-lebih dalam hal yang biasa, sederhana, dan jelas. Namun, tidak demikianlah hanya apabila menghadapi bahan yang sulit, berliku-liku dan apabila harus mengadakan pemikiran yang panjang dan sulit sebelum mencapai kesimpulan. Dalam situasi seperti ini dibutuhkan adanya yang formal, pengertian yang sadar akan hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya secara eksplisit. Maksudnya hukum-hukum pikiran beserta mekanisme dapat digunakan secara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu[5]

Kesimpulan
Metode ilmiah menjadi kerangka dasar kegiatan penelitian, dimana didalam penelitian akan berisi penerapan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis dan menggunakan cara berfikir yang logis. Langkah-langkah metode ilmiah yaitu perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, perumusan  hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.

Daftar Pustaka
·         Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
·         Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
·         S.Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.





[1] Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996. Hlm 119-120
[2] www.google.com/search?q=IAD%2C+metode+ilmiah+5.ppt&btnG=Telusuri
[3] http://www.univpgri-palembang.ac.id/perpus-fkip/perpustakaan/empiricsm/metodologi%20penelitian.pdf
[4] Sudarto, metodologi penelitian filsafat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2002. Hlm 57-92
[5] Amsal Bakhtiar, filsafat ilmu, jakarta: Rajawali Pers, 2009. Hlm 175-213

Tidak ada komentar:

Posting Komentar