METODE ILMIAH DAN METODE NON ILMIAH
MAKALAH DIPRESENTASIKAN DALAM MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
Oleh :
Desyana Sari
Silvia Devitri Ejuliarti
Safrianti
Nurhida
Juwita Zahara

MANAJEMEN DAKWAH UNIT 13
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2014-2015
METODE ILMIAH DAN METODE NON ILMIAH
A. Pendahuluan
Berbicara tentang
ilmiah tidak bisa bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh
mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Disamping itu proses untuk
mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Kriteria ilmiah dari
suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi
terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang
metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Disinilah perlunya
pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam
dunianya.
Penegasan diatas
dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan
ukuran, pertama, pada dimensi, fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan
menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua,
pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas
komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti (begenstand), yang
diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan
tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan
sistem (Wibisono, 1982). Tampaknya anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang
disebut ilmiah telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran
ilmiah dan fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian dipergunakan
orang untuk menolak atau menerima suatu produk pemikiran manusia.
B. Pengertian
Metode menurut
Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai
langkah-langkah yang sistematis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah
merupakan pengkajian dari peraturan-peratuan yang terdapat dalam metode ilmiah.
Metodologi ini secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi.
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan: Apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan dan
ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan
pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap
manusia.
Seperti diketahui
berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah
merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka
pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji
yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang
dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara
berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh
pengetahuannya.[1]Metode
ilmiah adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai
langkah-langkah sistematis dan menggunakan cara berfikir yang logis.[2]
C. Langkah-langkah metode ilmiah
1. perumusan masalah.
Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang
jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait
di dalamnya.
2. penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang
merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara
berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.
Disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang teruji
kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor emperis yang relevan dengan
permasalahannya.
3. perumusan hipotesis
Perumusan sementara merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.
4. pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta
yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5 penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan adalah penilaian apakah sebuah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat
fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima dan
sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup
yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap
menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan
keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsosten dengan pengetahuan ilmiah
sebelum serta teruji kebenarannya.[3]
D. Macam-macam metode
1. metode induksi-deduksi
Metode induksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas
hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang
bersifat umum. Sedangka metode deduksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai
untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas
hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang
bersifat khusus.
2. metode analisis-sintesis
Metode analisis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek yang diteliti;
atau cara penenganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-memilah
antara pengertian yang satu dengan pengertian-pengertian yang lain, untuk
sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya. Sedangkan metode sintesis adalah
jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan cara
mengumpulkan atau menggabungkan.
3. metode kualitatif-kuantitatif
Metode kualitatif menurut Lexy J. Moleong, antara lain mendasarkan
pada :
·
Pondasi
penelitian
·
Paradigma
penelitian
·
Perumusan
masalah
·
Tahap-tahap
penelitian
·
Teknik
penelitian
·
Kriteria dan
teknik pemeriksaan data
·
Analisis dan
penafsiran data
Sedangkan dalam metode kuantitatif dalam kegiatan penelitian
kuantitatif, secara praktis istilah observasi diasosikan dengan istilah
“pengukuran”. Adapun tingkat pengukuran yaitu dengan menentukan formula
statistik dan kuesioner; bila hal ini ingin diterapkan dalam penelitian
filsafat model penelitian lapangan, seharusnya peneliti mempunyai kemahiran
dalam bidang statistik.
4. metode hermeneutik
Hermeneutik sebagai suatu metode diartikan sebagai cara menafsirkan
simbol yang berupa teks atau benda kongkret untuk dicari arti dan maknanya.
Metode hermeneutik ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan masa
lampau yang tidak dialami, kemudian dibawa ke masa sekarang. Semula hermeneutik
digunakan untuk menafsirkan kitab suci keagamaan yang kemudian dikembangkan
dalam ilmu-ilmu humaniora dan termasuk di dalamnya ilmu filsafat.
5. metode penelitian ilmiah lainnya.
Metode penelitian ilmiah pada hakikatnya adalah untuk mencari,
memperoleh,menemukan kebenaran ilmu pengetahuan baru. Dalam hal ini ada
beberapa macam teori untuk mencapai kebenaran pengetahuan. Kebenaran
pengetahuan yang adanya pada obyek masing-masing, juga ada hal-hal yang
mempengaruhi penggunaan metode, yaitu teori kemampuan manusia untuk mencapai
pengetahuan.[4]
E. Sarana Ilmiah
1. Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada
komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi, dan apakah
manusia layak disebut dengan makhluk sosial? Sebagai sarana komunikasi maka
segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti
berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain,
tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
berpikit secara sistematis dan teratur. Bloch and Trager mengatakan bahwa a
language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social
group cooperates ( bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.
Senada dengan definisi di atas, Joseph Broam mengatakan bahwa a
language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means of wich
members of social grup interact (bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur
dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu
kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
2. Matematika
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan
matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu,
dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa.
Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan
matematika, baik matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Philosophy modern juga tidak akan tepat
bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Banyak sekali ilmu-ilmu
sosial sudah mempergunakan matematika sebagai sosiometri, psychometri,
oconometri, dan seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama
luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka
diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola
berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir
induktif. Dengan demikian, penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada proses
logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam
berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir
induktif.
3. Statistik
Pada mulanya, kata statistik diartikan sebagai
keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara.
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa
latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa inggris), yang
dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata
“statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data
kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu
negara”. Namun pada perkembangsn selanjutnya, arti kata statistik hanya
dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif)
saja.
4 logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggung jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar
daripada satu.
Tidak hanya de facto, menurut kenyataanya kita sering berpikir,
secara de jure. Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu
banyak jenis dan macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang
sesuai. Pikiran diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini
belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukumtertentu.
Memang sebagai perlengkapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja
secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik,
lebih-lebih dalam hal yang biasa, sederhana, dan jelas. Namun, tidak
demikianlah hanya apabila menghadapi bahan yang sulit, berliku-liku dan apabila
harus mengadakan pemikiran yang panjang dan sulit sebelum mencapai kesimpulan.
Dalam situasi seperti ini dibutuhkan adanya yang formal, pengertian yang sadar
akan hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya secara eksplisit. Maksudnya
hukum-hukum pikiran beserta mekanisme dapat digunakan secara sadar dalam
mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu[5]
Kesimpulan
Metode ilmiah menjadi kerangka dasar kegiatan penelitian, dimana
didalam penelitian akan berisi penerapan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah
prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah
sistematis dan menggunakan cara berfikir yang logis. Langkah-langkah metode ilmiah
yaitu perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan
hipotesis, perumusan hipotesis,
pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.
Daftar Pustaka
·
Bakhtiar,
Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
·
Sudarto, Metodologi
Penelitian Filsafat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
·
S.Suriasumantri,
Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996.
·
http://www.univpgri-palembang.ac.id/perpus-fkip/perpustakaan/empiricsm/metodologi%20penelitian.pdf
[1] Jujun S.
Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan. 1996. Hlm 119-120
[2] www.google.com/search?q=IAD%2C+metode+ilmiah+5.ppt&btnG=Telusuri
[3]
http://www.univpgri-palembang.ac.id/perpus-fkip/perpustakaan/empiricsm/metodologi%20penelitian.pdf
[4] Sudarto,
metodologi penelitian filsafat, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada. 2002. Hlm 57-92
[5] Amsal
Bakhtiar, filsafat ilmu, jakarta:
Rajawali Pers, 2009. Hlm 175-213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar